kawan

Wednesday, 23 February 2011

tunjuk ajar Melayu


Dalam peradaban Melayu tunjuk ajar merupakan sesuatu perkara yang sinonim,  orang Melayu menyampaikan suatu tunjuk ajar dalam pelbagai cara antaranya melalui pantun, syair, seloka, bidalan dan lain-lain. soalnya disini mengapa generasi hari ini begitu leka dengan pesanan-pesanan tersebut. Bagi orang Melayu, pantun sudah mendarah daging. Mereka bukan sahaja arif menyemak makna yang terkandung di dalam pantun, tetapi banyak pula yang mahir berpantun. Pada masa silam, pantun memegang peranan penting dalam menyebarluaskan nilai-nilai asas kemelayuan. Oleh sebab itu, pantun dijadikan media tunjuk ajar yang diwujudkan ke dalam beragam jenis pantun, seperti: pantun adat, pantun nasihat, pantun kelakar,pantun sindiran dan pantun berkasih sayang.

   Orang tua-tua menjelaskan bahawa dahulu setiap orang Melayu sejak meningkat remaja sudah dibiasakan mengikuti barbagai-bagai kegiatan pantun-memantun, baik yang dilakukan di lingkungan remajanya, maupun yang lain. Dalam setiap kesempatan, mereka mendapat peluang untuk turut “menjual” dan “membeli” pantun, sehingga kreativitinya dalam pantun memantun dapat berkembang, dan keberaniannya untuk tampil di depan umum semakin kukuh.

   malah pantun merupakan umpama media yang dipertandingkan dalam masyarakat yang disukai segenap lapisan masyarakat, maka tidak menjadi kehairanan mengapa pantun menjadi sesuatu terselah dalam jiwa kemelayuan kata pak tenas iaitu Tunjuk ajar harus mengandung nilai-nilai luhur agama Islam dan juga sesuai dengan budaya dan norma-norma sosial yang dianut masyarakatnya (Effendy, 2006: 9) Mereka menyadari, bahwa tanpa tunjuk ajar atau petuah amanah, banyak nilai luhur yang terabaikan dan banyak manfaat yang terbuang percuma, bahkan tidak mustahil dapat menyebabkan orang menjadi sesat ataupun gagal dalam hidupnya (Effendy, 2006: 12).

   Dari kenyataan diatas jelas kita dapat menperlihatkan bagaimana santun Melayu terhadap pemikiran yang boleh diperkatakan sebagai pewarisan tunjuk ajar, adat Melayu menyimpulkan pula bahwa sebelum memberikan tunjuk ajar, seseorang terlebih dahulu wajib memahami, mencerna, dan menghayati nilai luhur yang terdapat di dalam tunjuk ajar.Di dalam kehidupan tradisional orang Melayu, kebanyakan dari mereka lebih mempercayai contoh dan teladan nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala dari pada mendengar pembicaraan. Orang tua-tua mengatakan, “ mencontoh kepada yang nampak, meniru kepada yang nyata”. 

“mulut bermadu, perangai macam hantu” , “bila bercakap bercabang lidah, seumur hidup tidak dipercaya orang”. Bila bercakap bercabang lidah, pantang sekali memegang amanah” (Effendy, 2006: 19).  Bila pewarisan tunjuk ajar dikaitkan dengan pembangunan bangsa, maka dapat dilihat adanya titik temu, mengingat tunjuk ajar mengandung nilai-nilai luhur yang amat diperlukan terutama dalam meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (Effendy, 2006: 24).

No comments:

Post a Comment